TEORI NILAI GUNA (UTILITY)
Didalam teori ekonomi kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan barang-barang dinamakan nilai guna atau utility. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka makin tinggilah nilai gunanya atau utilitinya.
Nilai guna dibedakan diantara dua pengertian: nilai guna total dan nilai guna marjinal. Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marjinal berarti pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu.
a. Hipotesis Utama Teori Nilai Guna
Hipotesis utama teori nilai guna, atau lebih dikenal sebagai Hukum nilai guna marjinal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya ke atas barang tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif yaitu apabila konsumsi ke atas barang tersebut ditambah satu unit lagi, maka nilai guna total akan menjadi semakin sedikit. Pada hakikatnya hipotesis tersebut menjelaskan bahwa pertambahan yang terus-menerus dalam megkonsumsi suatu barang tidak secara terus-menerus menambah kepuasan yang dinikmati orang yang mengkonsumsikannya.
b. Nilai Guna Total Dalam Angka Dan Grafik
Hukum Nilai Guna Marjinal yang semakin menurun akan dapat dimengerti dengan lebih jelas apa bila digambarkan dalam contoh secara angka dan selanjutnya contoh digambarkan secara grafik. Dalam bagian ini hal tersebut akan diuraikan
Contoh Angka
Dengan memisalkan bahwa kepuasan dari memakan mangga dalam satu hari dapat dinyatakan dalam angka, dalam tabel 7.1 ditunjukkan nilai guna total dan nilau guna marjinal dari memakan berbagai jumlah mangga dalam contoh dalam tersebut telah diperhatikan juga hipotesis diatas, yaitu tambahan nilai guna akan menjadi semakin menurun apabila konsumsi terus-menerus ditambah. Contoh dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa hingga mangga yang ke-8 nilai guna marjinal adalah positif, maka nilai guna total terus menerus bertambah jumlahnya ketika memakan mangga yang ke-9 nilai guna marjinal adalah negatif. Ini berarti kepuasan dari memakan mangga mencapai tingkat yang paling maksimum apabila jumlah mangga yang dimakan adalah 8.
Tambahan-tambahan yang selanjutnya akan mengurangi kepuasan yang didapat dari memakan lebih banyak buah mangga. Dalam contoh ditunjukkan apabila konsumen tersebut memakan 9, 10 atau 11 mangga, kepuasan yang didapat darii memakan 8 mangga, juga dalam tabel 7.1 menunjukkan bahwa adalah lebih baik memakan 5 mangga dari pada 11 mangga karena kepuasan menikmati dari memakan 5 mangga adalah lebih besar
Didalam teori ekonomi kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan barang-barang dinamakan nilai guna atau utility. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka makin tinggilah nilai gunanya atau utilitinya.
Nilai guna dibedakan diantara dua pengertian: nilai guna total dan nilai guna marjinal. Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marjinal berarti pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu.
a. Hipotesis Utama Teori Nilai Guna
Hipotesis utama teori nilai guna, atau lebih dikenal sebagai Hukum nilai guna marjinal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya ke atas barang tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif yaitu apabila konsumsi ke atas barang tersebut ditambah satu unit lagi, maka nilai guna total akan menjadi semakin sedikit. Pada hakikatnya hipotesis tersebut menjelaskan bahwa pertambahan yang terus-menerus dalam megkonsumsi suatu barang tidak secara terus-menerus menambah kepuasan yang dinikmati orang yang mengkonsumsikannya.
b. Nilai Guna Total Dalam Angka Dan Grafik
Hukum Nilai Guna Marjinal yang semakin menurun akan dapat dimengerti dengan lebih jelas apa bila digambarkan dalam contoh secara angka dan selanjutnya contoh digambarkan secara grafik. Dalam bagian ini hal tersebut akan diuraikan
Contoh Angka
Dengan memisalkan bahwa kepuasan dari memakan mangga dalam satu hari dapat dinyatakan dalam angka, dalam tabel 7.1 ditunjukkan nilai guna total dan nilau guna marjinal dari memakan berbagai jumlah mangga dalam contoh dalam tersebut telah diperhatikan juga hipotesis diatas, yaitu tambahan nilai guna akan menjadi semakin menurun apabila konsumsi terus-menerus ditambah. Contoh dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa hingga mangga yang ke-8 nilai guna marjinal adalah positif, maka nilai guna total terus menerus bertambah jumlahnya ketika memakan mangga yang ke-9 nilai guna marjinal adalah negatif. Ini berarti kepuasan dari memakan mangga mencapai tingkat yang paling maksimum apabila jumlah mangga yang dimakan adalah 8.
Tambahan-tambahan yang selanjutnya akan mengurangi kepuasan yang didapat dari memakan lebih banyak buah mangga. Dalam contoh ditunjukkan apabila konsumen tersebut memakan 9, 10 atau 11 mangga, kepuasan yang didapat darii memakan 8 mangga, juga dalam tabel 7.1 menunjukkan bahwa adalah lebih baik memakan 5 mangga dari pada 11 mangga karena kepuasan menikmati dari memakan 5 mangga adalah lebih besar
Tabel Nilai Guna Total Dan Nilai Guna Marjinal
Berdasarkan kepada angka-angka dalam tabel 1.7 dalam
gambar 7.1, ditunjukkan kurva nilai guna total dan nilai guna marjinal. Dalam
grafik (i) sumbuh tegak menggambarkan nilai guna total dan sumbuh datar
menunjukkan jumlah barang yang dikomsumsi(digunakan). Grafik (ii) menunjukkan
nilai guna marjinal yang diukur pada sumbuh tegak, pada berbagai
unit barang yang dikomsumsikan yang digambarkan pada sumbuh datar.
Kurva nilai guna total (TU) bermula dan
titik 0, yang berarti paada waktu tidak terdapat komsumsi, maka nilai guna
total adalah nol. Pada mulanya kurva nilai guna total bertambah
tinggi. Kurva nilai guna total mulai menurun pada waktu komsumsi magga melebihi
delapan buah. Kurva nilai guna total mulai menurun pada waktu
komsumsi mangga melebihi delapan buah. Kurva nilai guna marjinal (MU) turun dari
kiri atas ke bawah. Gambaran ini mencerminkan hukum nilai guna
marjinal yang semakin menurun. Kurva nilai guna marjinal
memotong sumbu data sesudah jumlah yang ke-8. Berarti sesudah
perpotongan tersebut nilai guna marjinal adalah negatif.
Grafik Nilai Guna Total dan Marjinal
PEMAKSIMUMAN NILAI GUNA
Salah satu pemisalan penting dalam teori ekonomi
adalah: setiap orang akan berusaha untuk memaksimumkan kepuasan yang dapat
dinikmatinya dengan perkataan lain, setiap orang akan berusaha akan
memaksimalkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya . apabila
yang dikonsumsikannya hanya satu barang saja tidak suka untuk menentukan pada
tingkat mana nilai guna dari memperoleh dan menikmati barang itu akan mencapai
tingkat yang maksimum.
Tingkat itu dicapai pada waktu nilai guna total
mencapai tingkat maksimum. tetapi kalau barang yang digunakan berbagai jenis,
cara untuk corak konsumsi baranng-barang yang akan menciptakan nilai guna yang
maksimum menjadi lebih rumit
a. Cara Pemaksimuman Nilai Guna
Kerumitan yang timbul untuk menetukan susun /
komposisi dan jumlah barang yang akan mewujudkan nilai guna yang maksimum
bersumber dari perbedaan harga-harga berbagai baran. Kalau setiap barang adalah
bersamaan, nilai guna akan mencapai tingkat yang maksimum apabila nilai guna
marjinal dari setiap barang adalah sama besarnya. Misalnya seseorang
mengkonsumsi, yaitu sejenis pakaian, sejenis makanan, dan sejenis hiburan
(katakanlah hiburan itu berupa menonton film) akan diperoleh orang tersebut
apabila mengkonsumsikan : 3 unit pakaian, 5 unit pakaian dan 2 kali menonton
film.
b. Syarat Pemaksumuman Nilai Guna
Dalam keadaan dimana harga berbagai macam barang
adalah berbeda , apakah syarat yang harus dipenuhi agar barang-barang yang
konsumsikan akan memberi nilai guna? Syarat yang harus dipenuhi adalah: setiap
rupiah yang dikeuarkan membeli unit tambahan berbagai jenis barang akan
memberikan nilai guna marjinal yang sama besarnya. Untuk membuktikan perhatikan
contoh berikut. Misalkan seseorang melakukan pembelian konsumsi atas dua macam
barang: makanan dan pakaian, dan berturut-turut harganya adalah Rp.5000 dan Rp.
50.000. misalkan tambahan satu unit makanan akan memberikan nilai guna marjinal
sebanyak 5 dan tambahan satu unit pakaian mempunyai nilai guna marjinal
sebanyak 50. Dengan uang itu orang tersebut
dapat membeli 10 unit tambahan makan, maka jumlah nilai
guna marjinal yang diperolehnya adalah 10 x 5 = 50 kalau uang itu digunakan
membeli pakaian, yang diperolehnya hanyalah satu unit dan nilai guna marjinal
dari 1 tambahan pakaian ini adalah 50a;
Degan mudah dapat
dilihat bahwa orang tersebut tidak perlu bersusah payah menentukan
barang mana yang harus ditambah konsumsinya. Berdasarkan kepada contoh diatas
dapatlah dikemukakan hipotesis berikut:
1.
Seseorang akan
memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikomsumsikannaya apabila
perbandingan nilai guna marjinal berbagai barang tersebut. Keadaan seperti itu
wujud dalam contoh diatas. Perbandingan harga makanan dan pakaian adalah
5000:50000 atau 1:10, dan ini adalah sama dengan perbandingan nilai guna
marjinal makanan dan pakain, yaitu 5:50 atau 1:10.
Atau
2.
Seseorang akan
memaksimumkannilai guna dari barang-barang yang dikomsumsikannya apabila nilai
guna marjinal untuk setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap
barang yang dikomsumsikan. Dalam contoh di atas nilai guna marjinal per rupiah
dari tambahan makanan adalah: nilai guna marjinal\harga=5/5000=1/1000. Dan
nilai guna marjinal per rupiah dari tambahan pakaian adalah: nilai guna
marjinal /harga=50/50000=1/1000.
Kedudukan hipotesis tersebut mengandung pengertian
yang sama. Syarat pemaksimuman nilai guna seperti yang dinyatakan dalam (1) dan
(2) biasanya dinyatakan secara rumus aljabar, yaitu secara berikut
MU barang A = MU barang B = MU
barang C
PA PB Pc
Dalam persamaan di
atas MU adalah nilai guna marjinal dan PA, PB, PC berturut-turtut
adalah harga barang A, barang B, dan barang C
TEORI NILAI GUNA DAN
TEORI PERMINTAAN
Dengan
menggunakan nilai guna dapat diterangkan sebabnya kurva permintaan bersfat
menurun dari kiri atas kekanan bawah yang menggabarkan bahwa semakin rendah
harga suatu barang, semakin banyak permintaan keatanya. Ada dua faktor yang
menyebabkan permintaan keatas suatu barang berubah apabila harga barang itu
mengalami perubahan : efek penggantian dan efek pendapatan.
a. Efek Penggantian
Perubahan
suatu barang mengubah nilai guna marjinal per rupiah dari barang yang mengalami
perubahan harga tersebut. Kalau harga mengalami kenaikan, nilai guna marjinal
per rupiah yang diwujudkan oleh barang tersebut menjadi semakin rendah. Misal,
harga barang A bertambah tinggi, maka sebagai akibatnya sekarang MU barang A/PA menjadi
lebih kecil dari semula. Kalau harga barang-barang lainnya tidak mengalami
perubahan lagi maka perbandingan diantara nilai guna marjinal barang-barang itu
dengan harganya (atau nilai guna marjinal per rupiah dan barang-barang itu)
tidak mengalami perubahan. Dengan demikian, untuk barang B misalnya, MU barang
B/PB yang sekarang adalah sama dengan sebelumnya. Berarti
sesudah harga barang A naik, keadaan yang berikut berlaku:
Dalam
keadaan seperti diatas, nilai guna akan menjadi bertambah banyak (maka kepuasan
konsumen akan menjadi bertambah tinggi) sekiranya konsumen itu membeli lebih
banyak barang B dan menngurangi pembelian barang A. Keadaan diatas menunjukkan
bahwa kalau harga naik permintaan terhadap barang yang mengalami kenaikan
tersebut akan menjadi semakin sedikit.
Dengan
cara yang sama sekarang tidak susah untuk menunjukkan penurunan haraga
menyebkan permintaan keatas barang yang mengalami penurunan harga itu akan
menjadi bertambah banyak. Penurunan harga menyebabkan barang mewujudkan nilai
guna marjinal per rupiah yang lebih tinggi dar pada nilai guna marjinal per
rupiah dari barang-barang lainnya yang tak berubah harganya. Maka karena
membeli barang tersebut akan memaksimumkan nilai guna, permintaan keatas barang
tersebut menjadi bertambah banyak apabila harganya bertambah rendah.
b. Mewujudkan Kurva
Permintaan
Andaikan seorang
konsumen hanya membeli dua jenis barang, ia itu makana (m) dan pakain (K).
Andaikan apabila ia menggunakan 10 unit makanan, konsumen itu akan mencapai
keseimbangan konsumen:
MUm = MUk
Pm P k
Pada ketika keseimbangan itu tercapai, Pm (harga
makanan) adalah Rp.10.000. dalam contoh ini akan di perhatikan perubahan
kuantitas permintaan maakanan, maka kuantitas pakaian yang di beli dan harga
pakaian tidak perlu diketahui.
Seterusnya misalkan
harga pakaian tidak berubah dari Rp.10.000 menjadi Rp5.000, maka
MUm>MUm atau MUm>MU
Dimana P1m adalah
harga makanan baru yaitu Rp.5000 keadaan di atas menyebabkan konsumen menambah
penggunaan makanan, misalnya dari 10 unit menjadi 15 unit. Pada kuantitas dsn
harga makanan yang baru ini, keseimbangan konsumen akan di capai kembali.
Setelah memaksimalkan
bawah harga makanan menjadi Rp15000 dan harga pakaian tidak mengalami
perubahan.
Mu m MU m
_______ > _______
1500 10000
Maka perubahan itu menyebapkan
MU MU
_______ > ________
P1m Pk
Keseimbangan ini menyebapkan pengunaan mengurangi kuantitas makanan yang
dibelinya. Misalnya konsumen mencapai keseimbangan kembali apabila ia membeli 5
unit makanan. Daripada contoh di atas dapat disimpulkan bawah ciri permintaan
konsumen itu keatas makan adalah :
i.
Pada harga Rp 15000 sebanyak 5 unit yang akan dibeli.
ii.
Pada harga Rp 10000 sebanyak 10 unit yng akan dibeli.
iii.
Pada harga Rp 5000 sebanyak 15 unit yang akan dibeli.
Bedasarkan
ciri permintaannini, dalam gambar 7.2 di tunjukan kurva permintaan konsumen
tersebut keatas makanan. Titik A menggambarkan keadaan yang dinyatakan dalam
(i), gambar B menyatakan keadaan dalm (ii) dan titi C menggambarkan keadaan
yang dinyatakan dalam (iii). Garis yang menghubungkan titik A, B, C adalah
kurva permintaan konsumen tersebut keatas makan. Ia menurut dari kiri ke kana,
dan sifat ini sama dengan yang dinyatakan dalam kurfa permintaan.
PARADOKS NILAI
Sebelum teori guna di kembangkan, ahli-ahli ekonomi
menghadapi kesulitan di dalam menerangkan perbedaan yang menyolok di antara
harga air dan harga berlian. Air merupakan barang yang sangat berharga kepada
manusia tetapi harganya sangat murah. Sedangkan berlian bukanlah benda yang
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari tetapi harganya jauh
lebih mahal dari harga air.
Hal ini disebabkan dalam biaya produksi, air merupakan
benda yang mudah di dapat di berbagai tempat sehingga untuk memperolehnya tidak
di perlukan biaya terlalu besar. Tetapi tidak demikian halnya dengan berlian
sebab ia merupakan barang byang sangat sukar untuk diperoleh dan biaya untuk
memproduksikannya sangat tinggi.
Teori nilai guna memberikan penjelasan yang lebih
tepat mengenai sebabnya terdapat perbedaan yang sangat yang nyata antara harga
air dan berlian. Perbedaan tersebut di sebabkan oleh nilai guna marjinal mereka
yang sangat berbeda. Oleh karena air sangat mudah di peroleh maka orang akan
mengkomsumsi air sehingga pada tingkat di mana nilai guna marjinal air sangat
murah. Nilai guna marjinal air adalah begituh sangat rendahnya sehingga orang
baru mau menggunakan air apabila harganya sangat murah sekali. Nilai marjinal
yang menentukan apakah suatu barang itu mempunyai barang yang tinggih atau
rendah.
SURPLUS KONSUMEN
Teori ini guna dapat pula menerangkan tentang wujudnya
kelebihan kepuasan yang di nikmati oleh para konsumen. Kelebihan kepuasan ini,
dalam analisis ekonomi, di kenal sebagai surplus konsumen. Surplus
konsumen pada hakikatnya berarti perbedan di antara konsumen
yang diperoleh seseorang didalam mengkomsumsikan sejumlah barang
dengan pembayaran yang harus dibuat. Kepuasan yang diperoleh selalu lebih besar
dari pada pembayaran yang dibuat. Perhatikan contoh yang sederhana berikut.
Seorang konsumen pergi ke pasar untuk membeli mangga dan bertekad membeli satu
buah yang cukup besar apabila harganya Rp 1500. Sesampainya dia mendapati bahwa
mangga yang di inginkannya hanya berharga Rp 1000. Jadi ia dapat memperoleh
mangga yang diinginkannya dengan harga Rp 500 lebih murah dari pada harga
yangbersediah dibayarkannya. Nilai Rp 500 ini dinamakan surplus
konsumen. Surplus konsumen biasanya digambarkan dalam contoh angka dan garfik
surplus konsumen.
a. contoh angka
suplus konsumen wujud sebagai akibat
dari nilai guna marjinalyang semakin sedikit. Contoh dalam tabel 7.2
menggambarkan bagaimana surplus konsumen akan terwujud.
Kolom (2) dalam tabel 7.2 menunjukan
kesediaan seorang konsumen mangga yang diingininya. Untuk mangga yang pertama
dia bersedia membayar Rp 1700, mangga yang kedua dia bersedia membayar Rp 1500
dan seterusnya. Misalkan dalam pasar harga mangga adalah Rp 700. Dengan harga
yang besar ini konsumen tersebut akan membeli enam mangga seminggu, untuk mangga yang keenam dia
bersedia membayar Rp 700 dan harga dipasar juga Rp700. Mangga ketuju dan
kedelapan dia tidak akan membelinya karna harga pasar lebih tinggi dari harga
yang bersedia dibayarnya.
Berapakah surplus konsumen yang
dinikmatinya? Hal itu ditunjukan dalam
kolom (3) dan kolom (4). Dalam kolam (30) ditunjukan surplus konsumen yang
diwujudkan oleh setiap mangga yang di belinya. Sebagai contoh untuk memperoleh
mangga yang ketiga dia bersedia membayar Rp 1300, sedangkan harga yang harus di
bayar adalah Rp 700. Maka apabila mangga yang ketiga di beli, untuk konsumsi
ini akan memperoleh surplus kosumen sebesar Rp 600. Karna untuk mangga pertama
hinnga yang kelima, harga yang bersedia di bayarnya adalah lebi tinggi dari
harga pasar , maka konsumen mangga itu akan memperoleh surplus konsumsn yang
lebih besar apabilah konsumsi mangganya di naikan mencapai lima bua seminggu.
Dia akan menghentikan membeli mangga apabila konsumsi mangganya adalah enam
mangga seminggu karna untuk mangga yang keenam ini pembeli mangga tersebut
tidak memperoleh surplus konsumen lagi. Jumlah seluruh surplus konsumen yang
dinikmati dari pembeli enam mangga tersebut ditunjukan dalam kolom (4), yaitu
sebanyak Rp 3000.
b.
Grafik surplus konsumen
SURPLUS KONSUMEN dapat juga di
ganmbar secara grafik, yaitu yang di tunjukan dalam gambar 7.3. grafik (i)
memberikan satu gambaran umum tentang menentukan surplus konsumen secara
grafik. Sumbu tegak mengambarkan tingkat harga, sedangkan sumbu datar
mengambarkan jumlah barang yang dikonsumsi. Nilai guna total yang yang
diperoleh dari mengkonsumsi Q buah mangga yang di gambarkan oleh AOQB. Maka
segitiga APB menggambarkan surplus konsumen yang di nikmati oleh pembeli mangga
tersebut.
Grafik (ii) menggambarkan suplus
konsumen seperti yang diuraikan dalam contoh angka sebelum ini, yaang dirangkai
dalam tabel 7.3. DD adalah kurva permintaan yang digambarkan berdasarkan data
dalam kolom (2) dari tabel 7.3. harga adalah Rp 700 untuk setiap mangga.
Surplus konsumen dalam setiap mangga yang di beli ditunjukan oleh garis tegak
diantara garis harga dengan kurva permintaan. Sebagai contoh, garis MN –yaitu
surplus konsumen, adalah =Rp1300 – Rp700
= Rp 600. Jumlah surplus konsumen
yang diperoleh dengan menjumlakan nilai garis-garis tegak yang seperti
itu dari unit pertama hingga keenam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar